Tawanya terbahak itu mulai menggangguku. Aku terusik dan ingin meninggalkan dirinya. Aku tak tahan lagi, ia benar - benar membuatku terusik minta ampun. Sedikit di benakku merasa malu. Semua penumpang yang ada di mikrobus itu melihatku. Aku tertunduk, dan berusaha membuang wajahku tak terlihat oleh mereka. Kubungkam mulut temanku itu. Nafas hangat tangannya mengepul membasahi telapak tanganku. Aku menahannya, menyeka tawanya sampai ia terhenti.
Archive for September 2010
Sesuatu Hal
Katakan saja, aku bukan ingin membuat ia tertawa. Hanya saja, ia tertawa sebelum aku bertanya apa kabarnya. Kupikir ia bercanda. Berhubung mulutnya terbuka lebar dan cekakakan semaunya. Aku bingung. Padahal, aku tak sedang melucu. Dan bajuku rapi, tak ada sebagian pun yang lucu dariku. Mungkin karena perubahannya sekarang lebih banyak tertawa terbahak daripada terdiam menyendiri memakan sepi.