Archive for Oktober 2013

Pendakian gunung Sumbing (Tertinggi ke-3 Jawa - 3371 mdpl)

Puncak gunung Sumbing

Huft pagi hari tanggal 13 Oktober 2013 setelah pendakian Sindoro 12 Oktober 2013, kami dengan setengah kekuatan memulihkan tenaga dengan sarapan terlebih dahulu. Beres - beres, bersih - bersih hingga pukul 10.00. Pukul 11.30 kami sudah berada di Basecamp gunung Sumbing di desa Garung. Setelah mendaftar, kami pun langsung berangkat menuju puncak.

di depan Basecamp gunung Sumbing
Perjalanan pun dimulai, Kami meutusakn untuk naik ke puncak gunung Sumbing melalui jalur lama. Barus saja memulai perjalanan ternyata memang beberapa anggota sedang lemah mentalnya sehingga dalam perjalanan awal pun, kami sudah mengeluh dan menggerutu meilhat trek di depan mata.

Jalur Pendakian gunung Sumbing
Suasan itu tentunya sangat tidak menguntungkan. Sementara kami berjalan sudah satu jam, belum juga memasuki kawasan hutan / keluar dari pekarangan warga. Akhirnya kami berlima memilih untuk naik ojek hingga pos 1. Naik ojek menuju pos 1 sangatlah mengerikan dengan medan berbatu, motor hasil modifikasi petani setempat dipacu sangat kencang. Dan itu cukup membuat adrenalin meningkat.
Plang POS 1
Pos 1 merupakan batas pekarangan warga dengan hutan. Disinilah kami mulai menyusun mental. Pendakian mulai menanjak. Tak jarang kami bertemu dengan pendaki yang hendak turun dan berbincang. Ternyata menurut para pendaki yang turun tersebut, jalur Lama Sumbing ini lebih baik digunakan untuk perjalanan turun karena trek yang terjal. Sementara mereka lebih menyarankan kami untuk naik dari jalur baru yang agak landai. Namun kami sudah berada sejauh itu, maka kami tidak punya pilihan selain melanjutkan perjalanan. Benar kata pendaki yang kami temui tadi, trek pendakian semakin terjal dan mental kami pun mulai terkikis kembali. Dan muncul kata - kata pesimis dari tiap anggota yang tidak ingin sampai ke puncak.
Plang pos 2 gunung Sumbing
Akhirnya sampai di Pos 2. Kami pun beristirahat dan makan terlebih dahulu. Kami beristirahat cukup lama dan memperbincangkan tentang lanjut hingga puncak atau tidak. Dalam hati saya, saya ingin ke puncak, sedangkan anggota kami yang wanita dia sudah menyatakan menyerah dan tidak ingin sampai puncak, dia hanya ingin sampai pos 3. Kami pun memutuskan untuk mengambil keputusan masing - masing. Karena perkataan tersebut semua anggota merasa tidak mampu. Disinilah keegoisan saya muncul dan mendaki di depan sendiri meniggalkan anggota yang lain. Saya berani melakukan hal tersebut karena memang saya membawa tenda, roti dan air. Pukul 14.23 kami melanjutkan perjalan namun saya berada di paling depan dan memisahkan diri. Di pendakian sendirian ini saya mempercepat langkah kaki dan sampai di pos 3 cukup singkat meskipun melewati medan miring berpasir hampir 60 derajat.
Di Pos 3 (PESTAN)
Sekitar pukul 13.45 saya berhasil sampai di pos 3 sendirian. Ternyata sudah banyak pendaki yang ngecamp di pos itu. Saya belum puas dengan berada di pos 3, saya pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan berniat membuka tenda di Pos 4. 
Perjalanan menuju Pos 4
Lepas dari pos 3 trek pendakian diawali dengan tanjakan berpasir yang sedikit lebih landai daripada perjalanan menuju pos 3 tadi. Kemudian medan dipenuhi oleh adanya batu - batu besar. Perjalanan sendiri memang kurang baik dari sisi sosial, namun lebih cepat karena sedikit beristirahat.
Perjalanan menuju pos 4 yang berbatu
Setelah berjalan 1,5 jam saya pun akhirnya sampai di Pos 4, Watu Kotak. disana ternyat sudah ada dua tenda. Saya memutuskan untuk membuka tenda dan bercengkrama dengan pendaki yang lain. Ternyata 2 tenda itu dihuni oleh rombongan dari Magelang dan Pekalongan. Kami pun mengakrabkan diri di api unggun hingga larut malam.

Keesokan harinya pukul 4.00 pagi tanggal 14 Oktober 2013, saya memutuskan untuk mendaki menuju puncak bersama rekan - rekan pendaki dari Magelang, sedangkan rombongan dari Pekalongan tidak ukkut karena mereka sudah ke puncak saat sunset kemarin. Benar saja perjalanan 2 jam pun terlewatkan hingga puncak pukul 06.07 pagi. Saya beserta rekan - rekan Magelang pun berbagi foto karena keterbatasan batrei kamera.

Di hadapan gunung Sindoro

Background Kawah gunung Sumbing

Bersama rekan - rekan pendaki dari Magelang
Begitulah perjalanan saya di puncak gunung Sumbing. Setelah 1,5 jam disana, saya pun memutuskan untuk turun menuju pos 3 bertemu rekan - rekan yang tidak melanjutkan menuju puncak. Hingga pukul 14.12 kami sampai kembali di pos Basecamp dengan selamat.
Sekian, sampai jumpa di pendakian berikutnya.










Senin, 21 Oktober 2013
Posted by Unknown
Tag :

Pendakian gunung Sindoro (Tertinggi ke-8 Jawa - 3153 mdpl)

Pos 2 gunung Sindoro


Setelah baru saja turun dari Cikuray, dua minggu yang lalu. Kini saya kembali naik gunung lagi bertepatan dengan libur harpitnas sebelum Idul Adha. Pendakian ini merupakan pendakian double S alias pendakian (Sindoro-Sumbing) yang lokasi gerbang pendakiannya ternyata berdekatan. Bermula di hari Jumat 11 Oktober 2013 pukul 18.00 saya sudah sampai di pool bis Budiman yang berada di daerah Cibiru, Bandung. Setelah menunggu 15 menit, rekan - rekan saya akhirnya datang juga. Mereka adalah anggota Pencinta Alam Kampus yang berjumlah 3 orang dan 1 orang sama sepertiku, freelance.

Jalur pendakian Sindoro

Sial. kami ternyata mendapatkan bis terakhir, dan sialnya lagi, hanya ada dua kursi yang kosong. Terpaksa kami harus bergantian duduk di kursi selama perjalanan menuju Wonosobo, dan orang yang belum dapat giliran duduk di kursi terpaksa duduk di lantai bis. Perjalanan yang panjang dan berkelok - kelok membuat percobaan muntah saya hampir saja berhasil. Namun akhirnya pada tanggal 12 Oktober 2013 hari Sabtu pukul 04.00 tiba juga di terminal Wonosobo.

Terminal Wonosobo
Setelah di terminal kami pun langsung berangkat menuju pos Kledung dengan menaiki minibus. Pemandangan menuju pos pendakian Sindoro masih sangat pagi sehingga kami tidak bisa melihat suasana sekitar. Namun beruntungnya, ketika sunrise tiba, terlihatlah dua buah gunung yang sangat indah Sindoro dan Sumbing saling berhadapan satu sama lain. 
Suasana pagi di Kledung (itu Sindoro)
Kami mengisi perbekalan terlebih dahulu sambil mengisi perut (sarapan). Karena untuk menghemat tenaga dan logistik untuk pendakian Sumbing yang elbih berat, kami memutuskan untuk melakukan pendakian tik - tok alias langsung muncak, langsung turun. Bermula di basecamp ini.
Di depan basecamp Sindoro
Perjalanan pun dimulai pada pukul 08.00, kami memutuskan untuk tidak membawa tenda. Hanya jas hujan dan peralatan memasak dan makan saja. Di perjalanan menuju pos 1. Masih didominasi oleh ladang penduduk. Disini perjalanan masih enjoyable tanpa kehilangan banyak tenaga. Dan akhirnya sampai di pos 1.
Pos 1 gunung Sindoro
Ternyata masih ada jasa ojek hingga pos 1 ini. Banyak tukang ojek yang mangkal disini untuk mengantar pendaki yang kelelahan ketika turun. Pos 1 ini merupakan perbatasan antara ladang penduduk dengan hutan. Ketika memasuki hutan, kami mulai menemui banyak pendaki yang sama - sama berangkat hari itu. Hutan di Sindoro masih cukup lebat dan terdapat banyak jalur air, namun tidak ada air sama sekali. Kemudian sampailah kami di pos 2.
Gambar pos 2 Sindoro
Di pos dua kami mulai merasakan lelah. Setelah berbagi coklat kami pun melanjutkan perjalanan. setelah pos 2 ini jalur pendakian mulai menanjak dengan batu - batuan dan mulai keluar dari hutan. Saat itu kabut mulai datang namun tidak begitu lebat. Sampailah kami di Pos 3.
Pos 3 gunung Sindoro
Pos 3 ini merupakan tempat favorit untuk membuka tenda. Tempatnya yang luas dan datar sangat nyaman. Kami sudah menghabiskan waktu 3.5 jam perjalanan. Waktu menunjukkan pukul 11.43. Kami memutuskan untuk makan siang sejenak. 
Makan siang untuk kelangsungan hidup
Setlah kenyang, kami melanjutkan perjalanan pukuk 12.15.mnyusuri sabana berbatu dan hutan lamtoro. Cuaca saat itu sangat berkabut namun tidak hujan. Pemandangan gunung Sumbing di belakang kami pun tidak terlihat karena kabut yang tebal. Sementara suhu semakin dingin.
Tebalnya kabut saat itu
Track sangat menanjak dengan bebatuan. Kami beberapa kali terpisah karena kelelahan. Namun orang yang berjalan paling depan tetap menunggu bila jarak dirasa terlalu jauh. Perjalanan ke puncak semakin tebal dan sempat beberapa butir air jatuh dari langit (gerimis) namun sebentar saja. Akhirnya sampai juga di pos 4 pukul 13.45.
Pos 4 gunung Sindoro
Wajah yang kelelahan dibayar oleh kenyataan bahwa kami sudah berapda di ketinggian 2850 mdpl, itu berarti tinggal 300 meter ke atas lagi. Disini kami istirahat agak lama hingga sempat salah satu rekan kami tertidur karena sangat melelahkan. 
menuju puncak

Perjalanan pun dimulai kembali memasuki hutan lamtoro dan bebaruan yang semakin besar. Rumput - rumput sabana yang indah banyak ditemui. Kabut mulai memudar dan dan sinar matahari akhirnya muncul juga. Akhirnya pada pukul 15.15 kami berhasil sampai di puncak.
cool
Makan dulu

Bersama kawah gunung Sindoro

Foto bareng di Puncak
Setelah mengisi perut dengan mi instan, kami memutuskan untuk turun kembali. Menjelang sore / sunset. awan pun menghilang, dan akhrinya kami bisa melihat gagahnya gunung Sumbing dari sana.
Sumbing


Perjalanan turun yang lebih berat karena malam hari dan senter hanya ada 2 buah, kami memilih untuk jalan lambat. Sampai Salmon, ketua tim terkilir kakinya. 
Dipijat
Pukul 20.30 kami akhrinya sampai di basecamp dan langsung menonton pertandingan Indonesia vs Korea Selatan yang dimenangi oleh Indonesia dengan skor 3-2 tersebut.

Sekian, sampai jumpa di pendakian berikutnya.










Sabtu, 19 Oktober 2013
Posted by Unknown
Tag :

Ke-Sepuluh (bagian 01)



                “Kami sudah menunggu di UNS Solo, cepatlah datang kemari!”
                Aku yang sedang dalam perjalanan, melaju agak cepat ke tempat tujuan.
                “Apa ini? Mereka tiba – tiba sangat tepat waktu ketika ingin berbulan madu.” Gerutuku dalam hati sambil menahan rasa iri. Benar – benar sangat iri, mereka yang merupakan dua sahabatku yang baru saja menikah setelah menjalani hubungan sejak bangku SMA itu menyuruhku menjadi pengantar acara pribadi mereka. Menyisakanku meratapi kekosongan yang sampai sekarang di umur 26 belum juga memiliki seorang pendamping. Andai saja aku tak melewatkannya.
                Mobilku mulai mendekati lokasi. Tak lama berselang akhirnya ku menemukan sambutan penuh keceriaan terpancar dari wajah segar mereka. Tepat di pukul 7 pagi, Setelah memarkir mobil, aku bergabung bersama mereka yang mengenakan jaket couple merah berbahan  goretex. Dalam sesaat, aku melupakan rasa iriku yang kemudian berganti menjadi rasa rindu tak bertemu teman lama. Sebuah reuni kecil yang bahagia.
                “Sudah menunggu lama?” tanyaku
                “Nggak kok, Cuma 15 menitan. Eh, Nok, kamu membawa semuanya?“ Tanya Arya.
                “Tentu, tiga sleeping bag, tiga matras, dua kompor, dua misting dan dua tenda.” Jawabku.
                “Apa tidak terlalu berlebihan menyewa dua tenda?” kali ini tanya Ratri.
                “Tenang saja, anggap saja ini hadiah pernikahan kalian sebagai ganti aku yang tak bisa datang di resepsi. Sebenernya yang cuma disewa, tenda yang satunya punyaku.”
                “Terimakasih Nok. Tumben kamu baik banget.” Tawa pun terjadi.
                Perbincangan berubah membahas masa lalu. Mereka adalah Arya dan Ratri. Pasangan kakak – adik kelas yang sukses menjadi sepasang kekasih akibat acara masa orientasi di SMA yang sekarang telah sama – sama menjadi guru. Ku pikir menjalani hubungan selama itu adalah mustahil. Namun mereka yang bisa menjaga hubungan hingga sekarang adalah sebuah prestasi yang tidak bisa kulakukan. Dan perbincangan beralih membahas jalan karir dan kisah cintaku yang menyedihkan. Aku pun hanya bisa menerima pahit ditertawakan oleh mereka.
                “Oke cukup berbincangnya, bagaimana kalau kita langsung berangkat?” tawarku
                “Sebentar Nok, ada satu orang lagi yang belum datang.” Kata Ratri.
                “Siapa?” tanyaku penasaran.
                “Rahasia, sepuluh menit-an lagi ya? Oke?”
             Kami pun kembali berbincang. Tak lama kemudian benar apa yang dikatakan oleh Ratri. Seseorang datang menghampiri kami. Dengan membelakangi sinar matahari pagi yang menyilaukan, orang itu berjalan dengan wujud siluet yang perlahan mendekat. Angin tiba – tiba ikut mendukung suasana dengan hembusannya yang sepoi – sepoi menyejukan. Dan Ratri yang dari tadi memasang muka datar kini tersenyum puas. Apa yang ia rencanakan?
                Jadilah sesosok wanita dengan tinggi 165 cm hadir lengkap membawa peralatan lengkap di punggungnya yang sempit. Kakinya yang mungil mampu menahan beratnya beban itu. Dengan wajah sedikit berpeluh yang sudah tak asing lagi di kedua bola mataku. Dan jaket berwarna oranye itu yang membuatku tak akan ragu memastikan bahwa namanya adalah. . .
                “Hai mas-mas! Sinta datang . . “ kata pertamanya yang segar dan ceria.
                 Disambut pelukan seorang Ratri seperti sambutan antar wanita biasa. Dilanjutkan perbincangan kedua wanita yang lancar sekali seperti laju kendaraan di jalan tol. Meninggalkan dua pria yang berdiri diam karena habis topik pembicaraan. Sebentar, apa artinya ini? Aku membawa dua tenda masing – masing kapasitas 3 orang untuk pengantin baru dan untukku sendiri, dan sekarang ada seorang wanita ini?
                “Oke ayo berangkat mas Junok!” perintah Ratri. “Bagaimana? Kamu senangnya kan aku membawanya?” kata Ratri sambil berbisik.
                “Ya. . . bisa jadi“ jawaban bodohku.
                “Junok! Bagasinya sudah penuh,” ujar Arya yang hendak memasukkan ranselnya dan ransel Ratri ke dalam bagasi. Memang bagasi aku penuhi dengan  tenda dan peralatan yang tadi kusebutkan. Kami menata tempat duduk. Mobil pun penuh sesak dengan keberadaan empat ransel beserta empat manusianya dengan rincian tiga ransel dua orang di kursi belakang dan satu ransel dua orang di kursi depan. Dan jelas aku menyetir di samping seorang Sinta.
                Setelah mengencangkan sabuk pengaman, kami berangkat. Beberapa lagu dari Nidji menemani perjalanan kami menuju lokasi. Sambil bernyanyi – nyanyi kami menikmati pemandangan lereng yang menghijau di bulan Desember.
                “Sinta, kamu yakin bisa melakukannya? Apa kamu dipaksa ikut oleh mereka?” tanyaku.
               “Nggak kok, Sinta ikut tanpa paksa kok. Kenapa mas sangat serius memikirkannya?” Tanya Sinta balik.
                “Kenapa kamu nggak bilang kalau mau ikut?”
                “Aku bilang kok ke Ratri. Sudah, konsentrasi kalo nyetir!” Jawabnya ringan.
                Perjalanan kembali bising oleh suara mereka yang bernyanyi sejadi – jadinya. Matahari mulai meninggi di pukul 9 pagi, sementara karena berjalannnya waktu, suara mereka mulai sayup – sayup menghilang. Ransel – ransel yang memberatkan pangkuan mereka akhirnya berhasil membuat mereka melemah. Namun tidak ada waktu untuk tidur, sebentar lagi kami akan sampai di lokasi. Badan jalan mulai sempit pertanda sudah memasuki kawasan pedesaan. Suhu mulai dingin meskipun AC sedang tidak aktif. Dan beberapa menit kemudian akhirnya sampai juga. Laju mobil melambat dan berbelok masuk di halaman sebuah rumah. Akhirnya sampai juga. Kami pun satu persatu turun dari mobil.
               “Selamat datang di Basecamp pendakian gunung Merbabu jalur Selo.” Kataku disambut takjubnya mata mereka yang melihat punggung cantik gunung Merbabu. Cantik memang, karena dari namanya Merbabu, bahasa sanksekerta dari kata “Meru” artinya gunung dan “Babu” artinya wanita memang cantik.
                Kemudian kami menata ulang barang – barang yang akan dibawa sambil mengurus perizinan. Dengan kehadiran Sinta, acara bulan madu ini seakan teralihkan. Benar, semua gara – gara wanita itu. Setelah tiga tahun tidak bertemu dan berkomunikasi dengannya ternyata dia masih seperti dulu. Menyenangkan. Bahkan senyumnya yang membusur ketika pertama kali kami bertemu pun belum terlupakan.
                “Nok, tuh bantuin Sinta,” suruh Arya yang sedang menata ransel bersama Ratri.
                Akupun menghampiri Sinta yang terpaksa menambah barang bawaan dari logistik yang ku bawa dari bagasi.
                “Sinta? Ada yang bisa ku bantu?”
                “Nih, tolong ya, boleh mas?” kata Sinta sambil menyodorkan dua buah air mineral ukuran 2 L.
                “Oke,” lagi, beban 4 Liter menambah berat ranselku. Sementara Arya dan Ratri masih repot sendiri, aku mulai menyesuaikan udara di antara aku dan Sinta yang agak gersang.
                “Sinta, kamu yakin mau mendaki?”
                “Yakin kok, memangnya mas nggak selama tiga tahun aku kemana?”
                “Memangnya kemana?”
                “Rahasia,” ujarnya sambil tersenyum ringan. Aku jatuh lagi ke dalam permainan kata – katanya sambil cemas dan ragu memikirkan kondisi kesehatan wanita ini.
                “Setidaknya mas senang kan punya teman lain, daripada sendirian mengantar pengantin baru itu?” kata – katanya kembali memancingku. Aku pun mengangguk dengan canggung. Wanita ini benar – benar berhasil menekuk logikaku.
Setelah semua proses pengepakan selesai, kami pun siap berangkat. Di depan basecamp ini kami berempat berpose di depan kamera. Sambil menunggu fokus kamera yang dieksekusi oleh pendaki lain itu. Aku berdoa dalam hati, “semoga perjalanan ini membahagiakan mereka, dan tentunya membahagiakanku juga.”
“Satu, Dua, Tiga,  . . . Senyumm m m “
“Jepret”


                
Posted by Unknown
Tag :

My Favourite Korean's Ballad Songs (translated)



HUH GAK - ONE PERSON

Because it seemed like things would just end like this
Because it seemed like you would just hide
I keep looking, I keep looking at you
Like a blank fool

I’m afraid of my heart that is growing bigger
Again today, I try to ignore and pass by you but
Tears flow and because it seems like my heart will burst
Now I draw out your face and your name all day

I love you
I will be with even your pain
The one person who made me smile in this hard world
If coming to me is too hard then just stand there
Because I will go to you

Even though it hurts,
I smile
When I think of you
I can endure it
I can withstand it
I can

NOEL - IF YOU WERE MY LOVE
Just by looking at you, you make me shed tears
If you’re not by my side, I miss you
If I draw you out while falling asleep, will we meet in my dreams?
Again today, I think of you
If you were my love
If you were my love, how great would that be?
If I live next to you
Even if I hurt every day in loneliness,
Even if I get weary from waiting
I’m okay, because I love you
I’m here but why are you looking far elsewhere?
I’m next to you but why can’t you see my love?
My love is always at the same place, waiting for you
Like a scarecrow
The reason why I wait like a fool
Is because I love you more than myself
If you were my love
If you loved me just once
If you would hug me just once, how great would it be?
I’m okay, because I love you

LEE KI CHAN - SICK OF HOPE
Like an off-target arrow, my heart cannot touch you

Though I see you, though I see you every day
You only look at a different place

Though I try to hate you, though I try to erase my heart

I don’t hate you, I can’t erase you
I keep thinking of you

I want to stay next to you every day, I want to love you

But why are our hearts so different?
Why am I the only one who wants and wants you?
Maybe tomorrow, my heart will be sent to you
I inject myself with that painful hope
And I barely, barely get through this day

Because I felt so pathetic for only looking at you

Every time, I tried to shout out in my heart
But I keep thinking of you

XIA JUNSU - LOVE LIKE A SNOW

I smile again like I did yesterday
I hide it as if nothing happened
Without permission, I looked into your heart
I guess it’s my part to take your heart
Now I want you

Have you ever loved to death?
Just once, just once, please look back
I cry out and call you but it doesn’t reach you
I love you, I love you
Words I repeat by myself
I love you

I try to live each day well
So that I can endure through little by little
Because without you, there is no tomorrow
There is no hope, just like today
Now I want you

The sad longing builds up
It feels like my breath will stop
I follow the faint light
And now I go to you


Love comes like snowflakes
I hold out my hand to catch it but it always melts
From the moment I first saw you, it was always you
I take one step and again another step
Because to me, it needs to be only you

JUNG YONG HWA - BECAUSE I MISS YOU
Always under exactly the same sky, always exactly the same day
Other than your not being here, there’s nothing different at all
I just want to smile, want to forget everything
Just like absolutely nothing has happened, smiling to live my days
Miss you, miss you so much, because I miss you so much
Everyday all by myself, calling and calling you
Want to see you, want to see you, because I want to see you so much
Now it’s like I have this habit, keep calling out your name
It’s the same today
I thought I’d let go, not leaving anything behind
No, no, now I still can’t let you go
Miss you, miss you so much, because I miss you so much
Everyday all by myself, calling and calling you
Want to see you, want to see you, because I want to see you so much
Now it’s like I have this habit, keep calling out your name
It’s the same today
Everyday, everyday, it feels like I’m gonna die, what should I do?
Love you, love you, I love you
I hadn’t even spoken the words, I just let you go
Sorry, sorry, do you hear my words
My late confession, can you hear it
I love you
Jumat, 18 Oktober 2013
Posted by Unknown
Tag : ,

Pendakian gunung Cikuray (Tertinggi ke-16 Jawa - 2821mdpl)

Huft, akhirnya  A.md juga. Pendakian kali ini dimulai pada hari Jumat 27 September 2013. Dimulai di jumat pagi kami alumni D3 2013 di Politeknik-Presisi-Bandung berkumpul di sekitaran kampus dan langsung berangkat ke Garut dan sampai disana tepat sebelum sholat Jumat. Setelahnya, perjalanan pun dimulai. Sempat memasuki pemukiman warga kami masuk di jalur pendakian tanpa melalui gerbangnya, alias tanpa lapor akibat pengalaman rekan saya sekaligus ketua rombongan ini yang katanya 2 tahun yang lalu saat mendaki Cikuray, tidak perlu izin, karena gak ada yang ngurus. Akibatnya, dalam perjalanan menuju pos 1 (pos pemancar) kami dicegat oleh sang security gunung dan langsung ditodong di tempat kejadian. (alay banget) haha

Kami berlimabelas akhirnya menghabiskan waktu dari jam 1 hingga jam 3 sore untuk menuju pos pemancar yang ternyata jauh banget. Sesampainya disana kami dikejutkan dengan penampakan mobil - mobil ojek yang berserakan dimana - mana. (feeling envy)
Pos Pemancar

Pos I (Pemancar)
Karena ketua kelompok memilih santai saja. Kami pun membuka tenda di pos pemancar hingga esok pagi. Dan paginya narsis dulu di depan sunrise.
Bola Semangat
Perjalanan menuju puncak Cikuray dilanjutkan pagi itu tanggal 28 September 2013. Baru saja beberapa menit berjalan, kami sudah berhadapan dengan tanjakan berpasir yang melelahkan di pekarangan penduduk. Kemudian masuklah ke gerbang hutan.
Tanjakannya ada di belakang sana
Disini perjalanan menyusuri hutan yang dipenuhi oleh pepohonan. Untuk menuju ke puncak, kami menapaki akar - akar pohon yang lebat. Narsis dulu boleh.
Dukun anti garing
Kelahan pun melanda jiwa yang sepi.
Tidur
Begitulah seterusnya. Tiada pemandangan lain selain pepohonan yang tertangkap oleh penglihatanku yang membuatku sangat bosan. Setelah 3 jam ternyata sudah sampai di pos peristirahatan (pos berapanya lupa). Dan kami bermalam disana. Esok hari tanggal 29 September datang. Akhirnya kami menuju puncak pagi - pagi sekali dan melakukan sidang senat di puncak sana. Haha.
Wisuda di atas awan
Setelah puas berfoto ria, kami pun kembali ke tenda dan sarapan pagi seperti makan - makan sebelumnya yang tidak sempat dicantumkan. Kurang lebih seperti ini gambaran suasana sarapan dan makan - makan kami. Ala bar - bar tapi nikmat.

Ciat!
Dan setelah kenyang kami kembali ke Bandung dengan sehat wal afiat. Resmi menjadi A.md dan diwisuda oleh gunung Cikuray. Sampai jumpa di pendakian berikutnya.









Posted by Unknown

Pendakian gunung Lawu (tertinggi ke-6 Jawa - 3265 mdpl)

Dan akhirnya aku mendapatkan kesempatan juga setelah bertahun - tahun mengidamkan pengalaman ini, yaitu untuk pertama kalinya aku mendaki gunung. Keinginan yang sudah terpatri sejak SMA akhirnya terwujud pada tanggal 12-13 Agustus 2013 di libur lebaran. Diikuti oleh sahabat - sahabat SMA yang memang sengaja membuat pendakian ini sekaligus sebagai reuni di atas awan. 
Di depan gerbang pendakian Cemoro Sewu
Begitulah penampakan kami ber-limabelas yang membawa bekal ala kadarnya saja tanpa tenda dan kompor masak karena kami berniat ngecamp di warung mbok yem saja. Bermula dari gerbang cemoro sewu kami melakukan pendakian dan bla bla bla, , ,
Jalur pendakian gunung Lawu via Cemoro Sewu

karena saya takut kehabisan batrei kamera (fokus di puncaknya), selama perjalanan menuju puncak saya tidak mendokumentasikannya. Dengan berat hati, gambaran perjalanan tidak bisa diunggah disini. Tapi untuk mengobati kekecewaan pembaca, saya tampilkan foto - foto di puncaknya, cekidot. . .
Tiga cowok

Wanita - wanita perkasa

Laki - laki biasa
Sekian cerita singkat dan nggak jelas saya sebagai beginner pendaki gunung, sampai jumpa di gunung - gunung berikutnya. . .

Kamis, 17 Oktober 2013
Posted by Unknown

Telegram

Popular Post

- Copyright © The21ers -kebomarcuet- Powered by Blogger -